Museum Lambung Mangkurat: Menelusuri Sejarah dan Alam Kalimantan Selatan

Museum Lambung Mangkurat: Menelusuri Sejarah dan Alam Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan tak hanya menawarkan panorama alam yang memesona, tetapi juga kekayaan budaya yang kental.

Salah satu destinasi yang wajib dikunjungi di sini adalah Museum Lambung Mangkurat di Kota Banjarbaru.

Museum ini bukan sekadar ruang pameran, melainkan tempat yang menyimpan rekam jejak sejarah, budaya, dan kekayaan alam Kalimantan Selatan, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Mengungkap Geopark Pegunungan Meratus

Museum Lambung Mangkurat menjadi bagian dari Geopark Pegunungan Meratus Nasional, yang kini tengah diupayakan untuk diakui sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp).

Pegunungan Meratus dikenal di dunia geologi karena terbentuk dari kerak samudera ophiolite yang terangkat sekitar 200 hingga 150 juta tahun yang lalu.

Koleksi museum ini menampilkan keindahan dan keunikan alam Meratus, termasuk batuan dan fosil kuno yang menyimpan kisah panjang tentang terbentuknya bumi.

Perjalanan Sejarah Museum Lambung Mangkurat

Secara resmi, Museum Lambung Mangkurat diresmikan pada 10 Januari 1979 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed Yoesoef.

Namun, asal-usul museum ini bermula dari Museum Borneo yang didirikan di Banjarmasin oleh Pemerintah Belanda pada 1907.

Setelah Indonesia merdeka, Gubernur Milono menghidupkan kembali Museum Borneo pada 1955 dengan nama Museum Kalimantan.

Pada 1974, dibangunlah Museum Lambung Mangkurat di lahan seluas 1,6 hektare di lokasi saat ini, dengan bangunan utama seluas 1.000 meter persegi.

Baca Juga:  Pantai Batu Bengkung, Pantai Cantik dengan Keindahan Samudra Hindia di Malang

Bentuk bangunan museum yang menyerupai rumah adat Banjar Bubungan Tinggi ini memancarkan nuansa budaya khas Kalimantan Selatan.

Koleksi Menarik di Museum Lambung Mangkurat

Museum ini menampilkan ragam koleksi yang menggambarkan kehidupan masyarakat Suku Banjar dan Dayak, dua suku asli Kalimantan Selatan.

Di antaranya, terdapat peninggalan dari Kesultanan Banjar, seperti kursi emas, payung kerajaan, perisai, tombak, dan mahkota.

Museum ini juga menyimpan artefak dari masa Hindu-Buddha yang ditemukan di berbagai situs arkeologi di Kalimantan.

Salah satu koleksi yang unik adalah kitab Injil beraksara Arab-Melayu yang dibawa oleh Belanda saat menyebarkan agama di wilayah ini, serta “katopong,” mahkota yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Gungyang.

Setiap sudut museum ini seperti menyimpan kembali cerita-cerita berharga yang mencerminkan kehidupan masyarakat, alat-alat tradisional, dan nilai-nilai kearifan lokal yang tetap dijaga hingga kini.

Menjaga Identitas dan Warisan Sejarah

Museum Lambung Mangkurat bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga pusat pembelajaran yang mengabadikan warisan budaya dan sejarah Kalimantan Selatan bagi generasi muda.

Di museum ini, pengunjung bisa mengenal identitas dan nilai-nilai budaya yang menjadi fondasi Kalimantan Selatan hingga saat ini.

Koleksi yang ada memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah, geologi, dan cara hidup masyarakat lokal.

Jika Anda berkunjung ke Kalimantan Selatan, jangan lewatkan Museum Lambung Mangkurat yang menawarkan kesempatan untuk menelusuri masa lalu yang penuh keindahan budaya dan alam.

Baca Juga:  Pantai Tiga Warna Malang, Pantai Cantik Dengan Pesona Air Laut 3 Warna di Garut

Museum ini menyadarkan kita akan pentingnya melestarikan warisan nenek moyang sebagai bagian dari identitas yang tak ternilai harganya.